Minggu, 06 Februari 2011

Analisa Gangguan Lingkungan di Kabupaten Kepulauan Talaud

Oleh Lifter Tua Marbun

Kerusakan lingkungan di beberapa tempat di Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, telah berdampak sangat buruk bagi masyarakat, terutama yang berada di pesisir pantai. Demikian Lifein Nazareth, staf YTBI melaporkan hasil kunjungannya ke beberapa tempat di Kepulauan Talaud dalam rangka melakukan kajian dampak terhadap perubahan iklim di sana (01/03).

Kerusakan lingkungan yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan dampak dari perubahan iklim dan pemanasan global. Akibat perubahan iklim dan pemanasan gloabl ini bibir-bibir pantai sudah mencapai ke pemukiman penduduk, atau peristiwa ini biasa kita kenal dengan abrasi.



Abrasi ini mempengaruhi mata pencaharian penduduk. Jarak laut semakin jauh dari
tempat pemukiman penduduk dan biota-biota laut sudah banyak yang hilang dan rusak.
Sekarang, untuk mencari ikan perlu waktu dan tempat yang jauh. Sementara itu, untuk
melaut nelayan membutuhkan bahan bakar yang cukup besar. Jika ikan tidak diperoleh,
para nelayan tidak dapat menggantikan pengeluaran uang yang telah terpakai untuk
membeli bahan bakar perahu-perahu mereka. Hal ini membawa para nelayan kesulitan
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, terutama makanan pokok.

Dampak berikutnya berpengaruh kepada kesehatan masyarakat. Akibat tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok mereka, maka terjadi penurunan kualitas kesehatan.
Masyarakat sering sakit-sakitan, dan untuk membeli obat-obatan mereka juga tidak
mampu.

Rantai akibat atau dampak dari perubahan iklim ini tidak putus-putus dan semua
memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya.


Pengrusakan lingkungan

Dampak kerusakan lingkungan yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Talaud ini bukan
saja karena perubahan iklim dan pemanasan global, manusia dinilai memiliki peran
yang cukup besar atas hancur dan tidak seimbangnya lingkungan.

Menurut Lifein berdasarkan penelitiannya, sebagian besar nelayan menggunakan pohon
bakau untuk membuat perahu mereka. Di samping itu juga, untuk membangun rumah-rumah
penduduk di pesisir pantai menggunakan karang-karang dan pasir yang ada di pantai.
Hal inilah yang menyebabkan abrasi dengan cepat terjadi.

Pada tahun 1970-an di Desa Pannulan, ada kebijakan di tingkat kecamatan untuk
membabat habis semua pohon-pohon yang ada di sekitar pantai. Hal ini terjadi karena
penduduk di Desa Pannulan berkebun kelapa di sepanjang pantai dan mereka takut hama
yang berasal dari pohon-pohon itu bisa menyebabkan kelapa-kelapa mereka rusak.

Penduduk Desa Maredaren sudah pernah mencoba menanam pohon bakau. Namun karena bibit
yang dibeli dari daerah lain dan tidak cocok dengan tanah di pantai membuat semua
pohon bakau mati.


Partisipasi masyarakat

Kajian dampak perubahan iklim ini melibatkan penduduk di tiga desa (Pannulan,
Maredaren, dan Moronge Selatan) dan bekerja sama dengan Badan Pengurus Harian Gereja
Masehi Injili Talaud (BPH Germita). Dukungan masyarakat terhadap kegiatan YTBI ini
diperlihatkan dengan memberikan informasi yang berharga tentang sejarah desa mereka
serta data-data yang menunjukkan tentang kapasitas dan kerentanan wilayah mereka.

Kajian ini hendak memperkuat dan meningkatkan kesadaran penduduk yang berada di
pesisir pantai agar waspada terhadap bencana yang datang di kemudian hari. Di
samping itu juga YTBI ingin penduduk mampu mengelola lingkungan mereka yang bisa
nantinya membawa perubahan dari segala aspek kehidupan masyarakat.

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh YTBI melibatkan seluruh unsur masyarakat, karena
masyarakat setempatlah yang tahu apa yang mereka butuhkan dan apa yang terbaik bagi
mereka demi masa depan mereka yang lebih baik. YTBI mencoba memfasilitasi dan
membagikan kapasitas dan pengetahuan yang dimiliki terutama tentang penanggulangan
bencana dan pengurangan resiko bencana.


Tindak lanjut

Metode yang digunkan dalam kajian ini adalah kunjungan lapangan, kelompok diskusi
terfokus, pertemuan koordinsi dengan tim, dan melakukan pendampingan teknis di
lapangan.

Hasil dari kajian yang dilakukan akan didiskusikan kembali bersama-sama dengan unsur
masyarakat untuk memperoleh kebenaran data dan informasi.

Dalam waktu yang dekat ini, hasil kajian dan analisis ini akan dipresentasikan dalam
sebuah lokakarya dengan melibatkan pemerhati lingkungan dan pemangku kepentingan
yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud.

Sumber Gambar:
http://www.ytbindonesia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=6%3Aanalisa-gangguan-lingkungan-di-kabupaten-kepulauan-talaud&catid=1%3Alatest-news&Itemid=18&lang=id
7 Juli 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar